
, kunjungi Sentra Nata De COCO: Bupati Buol sampaikan ,Tahun2026 kital akan produksi Besar serta PEMBERDAYAAN DAN ORIENTASI KEUNTUNGAN
Buol Indoglobe News
(Selasa, 21 Oktober 2025), bertepatan dengan adanya kunjungan dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim Makassar milik Kementerian Perindustrian ke satu-satunya Sentra Nata de Coco se Sulawesi Tengah yang ada di Kabupaten Buol, Bupati Buol Risharyudi Triwibowo, didampingi PLTKepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Nurlela dan Sekretaris Dinas Moh Rizal Gafur.
Kata Risharyudi “alhamdulillah sentra nata de coco secara sarana prasarana, fisik bangunan dan peralatan semua masih baik dan sangat layak untuk dihidupkan kembali, ternyata masih ada kelompok ibu-ibu yang masih aktif bekerja dan hasilkan nata de coco sekalipun dengan skala kecil yang penting tetap hidup, insyaAllah tinggal buat ulang perencanaan, pemenuhan kebutuhan dasar produksi, pengorganisasian sekelas UPTD (unit pelayanan teknis daerah), penuhi semua syarat hasil produk berupa (nata de coco, minyak goreng, VCO, cemilan dan seterusnya) seperti etiket/label, ingredients, halal, BPOM dan seterusnya. InsyaAllah sudah ada off taker (pembeli) besar dari dalam dan luar negeri yang siap menampung hasil produk-produk tersebut diatas, kita siap, Buol yakin bisa penuhi permintaan ini”.
Permintaan pasar nata de coco tinggi di pasar domestik dan internasional, didorong oleh tren makanan dan minuman sehat yang rendah kalori dan tinggi serat. Pasar global diproyeksikan terus tumbuh, didukung oleh peningkatan kesadaran konsumen akan manfaat kesehatannya dan aplikasinya dalam berbagai produk seperti minuman (misalnya bubble tea) dan makanan penutup.
Permintaan ekspor yang kuat datang dari negara-negara di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Timur Tengah, termasuk beberapa negara di Asia.
Pasar nata de coco global diproyeksikan mencapai US$ 4,49 miliar atau setara Rp 71,48 Triliun pada tahun 2030.
Selain untuk makanan dan minuman, nata de coco juga memiliki potensi aplikasi di industri lain seperti pembuatan rompi anti peluru karena seratnya yang kuat dan ramah lingkungan.
“Kita masih menjual kelapa utuh kupas baby ke luar Buol, padahal satu butir kelapa itu mengandung 4 bahan yang bisa dibuat industri hilirisasinya, contoh : sabut bisa jadi coco peat, temali tambang sabut, daging bisa jadi minyak, VCO, tempurung atau batok bisa jadi briket arang tampurung, air jadi nata de coco atau kecap dan seterusnya, memang perlu FOKUS dan konsistensi untuk menghidupkan hilirisasi industri kelapa, pembeli dalam negeri dan manca negara ada banyak, informasi pasar sudah terbuka, regulasi oleh pemerintah pusat ada banyak insentif, sekarang tinggal kita di Buol yang mau apa tidak? menjemput keuntungan dengan industri hilirisasi kelapa” pungkas Risharyudi
(Sudirman Sija IGN)
Rilis
Humas Kominfo Buol
Buol Indoglobe News
(Selasa, 21 Oktober 2025), bertepatan dengan adanya kunjungan dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim Makassar milik Kementerian Perindustrian ke satu-satunya Sentra Nata de Coco se Sulawesi Tengah yang ada di Kabupaten Buol, Bupati Buol Risharyudi Triwibowo, didampingi PLTKepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Nurlela dan Sekretaris Dinas Moh Rizal Gafur.
Kata Risharyudi “alhamdulillah sentra nata de coco secara sarana prasarana, fisik bangunan dan peralatan semua masih baik dan sangat layak untuk dihidupkan kembali, ternyata masih ada kelompok ibu-ibu yang masih aktif bekerja dan hasilkan nata de coco sekalipun dengan skala kecil yang penting tetap hidup, insyaAllah tinggal buat ulang perencanaan, pemenuhan kebutuhan dasar produksi, pengorganisasian sekelas UPTD (unit pelayanan teknis daerah), penuhi semua syarat hasil produk berupa (nata de coco, minyak goreng, VCO, cemilan dan seterusnya) seperti etiket/label, ingredients, halal, BPOM dan seterusnya. InsyaAllah sudah ada off taker (pembeli) besar dari dalam dan luar negeri yang siap menampung hasil produk-produk tersebut diatas, kita siap, Buol yakin bisa penuhi permintaan ini”.
Permintaan pasar nata de coco tinggi di pasar domestik dan internasional, didorong oleh tren makanan dan minuman sehat yang rendah kalori dan tinggi serat. Pasar global diproyeksikan terus tumbuh, didukung oleh peningkatan kesadaran konsumen akan manfaat kesehatannya dan aplikasinya dalam berbagai produk seperti minuman (misalnya bubble tea) dan makanan penutup.
Permintaan ekspor yang kuat datang dari negara-negara di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Timur Tengah, termasuk beberapa negara di Asia.
Pasar nata de coco global diproyeksikan mencapai US$ 4,49 miliar atau setara Rp 71,48 Triliun pada tahun 2030.
Selain untuk makanan dan minuman, nata de coco juga memiliki potensi aplikasi di industri lain seperti pembuatan rompi anti peluru karena seratnya yang kuat dan ramah lingkungan.
“Kita masih menjual kelapa utuh kupas baby ke luar Buol, padahal satu butir kelapa itu mengandung 4 bahan yang bisa dibuat industri hilirisasinya, contoh : sabut bisa jadi coco peat, temali tambang sabut, daging bisa jadi minyak, VCO, tempurung atau batok bisa jadi briket arang tampurung, air jadi nata de coco atau kecap dan seterusnya, memang perlu FOKUS dan konsistensi untuk menghidupkan hilirisasi industri kelapa, pembeli dalam negeri dan manca negara ada banyak, informasi pasar sudah terbuka, regulasi oleh pemerintah pusat ada banyak insentif, sekarang tinggal kita di Buol yang mau apa tidak? menjemput keuntungan dengan industri hilirisasi kelapa” pungkas Risharyudi
(Sudirman Sija IGN)
Rilis
Humas Kominfo Buol